-
Tulisan Terakhir
Arsip
- Desember 2020
- Juli 2019
- Juni 2019
- Mei 2019
- Maret 2019
- Februari 2019
- Desember 2018
- Oktober 2018
- Juli 2018
- April 2018
- Maret 2018
- Februari 2018
- Desember 2017
- November 2017
- Oktober 2017
- September 2017
- Agustus 2017
- Juli 2017
- Juni 2017
- Mei 2017
- April 2017
- Maret 2017
- Februari 2017
- Januari 2017
- Desember 2016
- November 2016
- Oktober 2016
- September 2016
- Agustus 2016
- Agustus 2012
- Juli 2012
- April 2012
- Oktober 2011
Kategori
Calendar 2012
September 2017 S S R K J S M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Buku dan Membaca
SETIAP orang punya persepsi berbeda ketika melihat sebuah buku. Ada persepsi bahwa buku merupakan jendela dunia, jadi orang yang membaca buku artinya sama dengan membuka jendela dunia. Melalui jendela ini, pembaca buku bisa mengetahui banyak hal secara rinci, runtut dan baik sebagaimana yang dikehendaki penulis buku. Persepsi lain justru melihat buku hanya sekadar sarana pengisi waktu luang. Daripada bengong dan tidak ada yang dikerjakan, lalu seseorang memutuskan untuk mengisi waktu luang dengan membaca buku. Apapun persepsi terhadap buku tentu tidak akan mengubah posisi buku sebagai media penyampai gagasan atau ide. Ketika penulis mulai menuliskan gagasannya, maka itulah awal sebuah buku akan dibentuk. Sejarah buku dalam kehidupan manusia sesungguhnya setua peradaban umat manusia itu sendiri. Ketika manusia mulai ingin mengapresiasi sekitarnya kedalam bentuk gambar atau susunan huruf, maka sejak saat itulah sebuah buku terbentuk. Ajaran agama manapun selalu menempatkan posisi buku pada tempat yang relatif tinggi, sebab diyakini jika buku merupakan sarana untuk menyimpan gagasan dan ide. Apalagi jika yang disimpan adalah gagasan dari Zat Yang Maha Tinggi, maka posisi buku atau kitab menjadi sakral. Dalam hal ini, buku bukan cuma menjadi salah-satu benda penyampai gagasan, ide atau pesan penulisnya, melainkan buku kemudian menjadi benda sakral dan selalu disucikan. Tiap pemeluk agama kemudian memposisikan buku atau kitab sebagai salah-satu pilar keyakinan. Artinya, kredibilitas sebuah agama kemudian juga diukur dari keberadaan buku atau kitab yang disucikan.Selain tentunya sebuah agama atau keyakinan membutuhkan konsep tentang Tuhan, Nabi dan sebagainya. Membaca buku pun menjadi kegiatan yang tidak hanya dilakukan masyarakat sekular, melainkan masyarakat berkeyakinan atau beragama pun memposisikan aktivitas membaca sebagai aktivitas penting. Ibaratnya, melalui pembacaan kitab atau buku suci, maka ada proses internalisasi gagasan, ide atau pesan dari Zat Yang Maha Tinggi kepada tiap pembaca. Namun demikian, proses membaca kitab suci atau buku sakral bisa saja berbeda dari membaca buku pada umumnya. Meski keduanya mempunyai sasaran yang sama, yakni tersampaikannya pesan, gagasan atau ide, dari penulis ke pembaca.Meta
Buku Baru
Slideshow ini membutuhkan JavaScript.
Rudi Rud Rosdi
Arsip Bulanan: September 2017
Bukan Kitab Babad Penaklukan
Oleh: Rosdiansyah Judul Buku: A Book of Conquest Penulis : Manan Ahmed Asif Penerbit : Harvard University Press, USA Tebal : xi + 250 halaman Cetakan : Pertama, Agustus 2017 Shahnama selalu menjadi rujukan untuk setiap penulisan sejarah kehadiran muslim … Baca lebih lanjut
Dipublikasi di Uncategorized
Meninggalkan komentar